SURAKARTA DALAM KATA
Gambaran umum wilayah
Secara
geografis wilayah Kota Surakarta berada antara 110º45’15”- 110º45’35” BT dan
7º36’00”- 7º56’00”LS dengan luas wilayah 44,04 Km² dengan batas-batas sebagai
berikut :
·
Batas
Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali
·
Batas
Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
·
Batas
Timur : Kabupaten Sukoharjo
Gambar
Peta Wilayah Kota Surakarta
Sumber :
google.com
Luas
wilayah Kota Surakarta mencapai 44,04 km² yang terbagi dalam 5 kecamatan,
yaitu Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar
kliwon, Jebres dan Banjarsari. Kota Surakarta terdiri dari 5 kecamatan, 51
kelurahan, 604 RW dengan jumlah RT sebanyak 2.714 dan jumlah KK sebanyak 169.772.
Sebagian besar lahan dipakai sebagai tempat pemukiman sebesar 65%, Sedangkan
untuk kegiatan ekonomi juga memakan tempat yang cukup besar juga yaitu berkisar
antara 16,5% dari luas lahan yang ada.
Gambar
Administrasi Kota Surakarta (Kelurahan, Kecamatan dan RT)
Sumber
: solokotakita.org
Kota
Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah yang menunjang
kota-kota lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta. Wilayah Kota Surakarta
atau lebih dikenal dengan “Kota Solo” merupakan dataran rendah dengan
ketinggian ± 92 m dari permukaan laut. Suhu Udara rata-rata di Kota Surakarta pada
tahun 2015 berkisar antara 26,55°C sampai dengan 29,10°C. Sedangkan kelembaban
udara berkisar antara 68 persen sampai dengan 86 persen. Hari hujan terbanyak
jatuh pada bulan April dengan jumlah hari hujan sebanyak 24 hari. Sedangkan
curah hujan terbanyak sebesar 560,00 mm jatuh pada bulan April. Sementara itu rata-rata
curah hujan saat hari hujan terbesar jatuh pada bulan Januari sebesar 22 mm per
hari hujan.
Arahan Pengembangan
Dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta/ Solo Tahun 2011-2031 dalam pasal 4
disebutkan bahwa Kota Surakarta masuk dalam sistem nasional sebagai Pusat
Kegiatan Nasional serta pengembangan kota sebagai pusat pelayanan Kawasan Andalan
Subosukawonosraten (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen dan
Klaten) dalam peningkatan ekonomi masyarakat kota; dan pengembangan sistem
pusat pelayanan yang terintegrasi dan berhirarki sebagai kota budaya yang
produktif, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan berbasis industri
kreatif, perdagangan dan jasa, pendidikan, pariwisata, serta olah raga.
Sistem
pusat pelayanan kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 meliputi PPK, SPK dan
PL. PPK adalah Kecamatan Pasarkliwon, berfungsi sebagai pusat kegiatan
pemerintahan, perdagangan, budaya, wisata dan industri kreatif. SPK meliputi:
·
SPK
kawasan I adalah Kelurahan Kemlayan yang melayani sebagian wilayah Kecamatan
Jebres, sebagian wilayah Kecamatan Pasarkliwon, sebagian wilayah Kecamatan Serengan
dan sebagian wilayah Kecamatan Laweyan, dengan fungsi pelayanan pariwisata
budaya; perdagangan dan jasa; olah raga; dan industri kreatif.
·
SPK
kawasan II adalah Kelurahan Purwosari yang melayani sebagian wilayah Kecamatan
Laweyan dan sebagian wilayah Kecamatan Banjarsari, dengan fungsi pelayanan ,
sebagai pariwisata; olah raga; dan industri kreatif.
·
SPK
kawasan III adalah Kelurahan Nusukan yang melayani sebagian wilayah Kecamatan
Banjarsari dengan fungsi pelayanan, sebagai permukiman; perdagangan; dan jasa.
·
SPK
kawasan IV adalah Kelurahan Mojosongo yang melayani sebagian wilayah Kecamatan
Jebres dan sebagian wilayah Kecamatan Banjarsari, dengan fungsi pelayanan,
sebagai permukiman; perdagangan dan jasa; industri kecil dan industri ringan.
·
SPK
kawasan V adalah Kelurahan Jebres yang melayani sebagian wilayah Kecamatan
Jebres dan sebagian wilayah Kecamatan Banjarsari, dengan fungsi pelayanan
pariwisata; pendidikan tinggi; dan industri kreatif.
·
SPK
kawasan VI adalah Kelurahan Stabelan yang melayani sebagian wilayah Kecamatan
Jebres, sebagian wilayah Kecamatan Banjarsari, sebagian wilayah Kecamatan
Laweyan dan sebagian wilayah Kecamatan Pasarkliwon, dengan fungsi pelayanan
pemerintahan; pariwisata budaya; dan perdagangan dan jasa.
Gambaran Demografi
Jumlah
penduduk Surakarta akhir tahun 2015 sebanyak 512.226 jiwa dengan komposisi
jumlah penduduk lakilaki dan penduduk perempuan hampir seimbang yaitu 48,63%
dan 51,37%. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Banjarsari yaitu
sebesar 31,50%, sedangkan kecamatan Serengan adalah kecamatan dengan jumlah
penduduk terkecil yaitu sebesar 9,68 %. Jumlah penduduk tersebut terbagi
kedalam 145.142 ruta, angka ini naik 0,56 % dibandingkan tahun 2015. Jika
dibandingkan dengan tahun 2013 yang hanya berjumlah 143.690 KK maka dalam 3
tahun kenaikkan jumlah Rumah Tangga di Kota Surakarta mencapai 1,01 %. Yang
berarti rata-rata pertahunnya 0,53%. Berdasarkan data jmlah penduduk akhir
tahun 2015, diketahui bahwa pertumbuhan penduduk di Kota Surakarta selama tahun
2015 adalah sebesar 0,42 %. Tingkat kepadatan penduduk kota Surakarta pada
tahun 2015 mencapai 11.631 jiwa/km2. Tahun 2015 Tingkat kepadatan penduduk
tertinggi terdapat di kecamatan Pasar Kliwon yang mencapai angka 15.882. Dengan
tingkat kepadatan yang tinggi akan berdampak pada masalah-masalah sosial
seperti perumahan, kesehatan dan juga tingkat kriminalitas. Jumlah Penduduk
bekerja di kota Surakarta pada tahun 2015 mencapai 271.199, atau sebesar 52.95%
dari seluruh penduduk kota Surakarta.
Gambaran Sosial-budaya
Kota
Surakarta merupakan kota budaya yang berasal dari sebuah desa bernama Solo,
desa ini sudah ada sejak abad ke-18, jauh sebelum kehadiran Kerajaan Mataram.
Sejarahnya bermula ketika Sunan Pakubuwana II memerintahkan Tumenggung
Honggowongso dan Tumenggung Mangkuyudo serta komandan pasukan Belanda J.A.B.
Van Hohendorff untuk mencari lokasi Ibukota Kerajaan Mataram Islam yang baru.
Mempertimbangan faktor fisik dan non fisik, akhirnya Desa Solo yang terpilih.
Sejak saat itu desa tersebut berubah menjadi Surakarta Hadiningrat dan terus
berkembang pesat. Adanya Perjanjian Giyanti, 13 Februari 1755 menyebabkan
Mataram Islam terpecah menjadi Surakarta dan Yogyakarta dan terpecah lagi dalam
perjanjian Salatiga 1767 menjadi Kasunanan dan Mangkunegaran.
Gambar
Surakarta Tempo Doloe
Keraton,
batik dan Pasar Klewer adalah tiga hal yang menjadi simbol identitas Kota
Surakarta. Eksistensi Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Pura
Mangkunegaran (sejak 1745) menjadikan Solo sebagai poros, sejarah, seni dan budaya
yang memiliki nilai jual. Nilai jual ini termanifestasi melalui
bangunan-bangunan kuno, tradisi yang terpelihara, dan karya seni yang
menakjubkan. Tatanan sosial penduduk setempat yang tak lepas dari
sentuhan-sentuhan kultural dan spasial keraton semakin menambah daya tarik.
Salah satu tradisi yang berlangsung turun temurun dan semakin mengangkat nama
daerah ini adalah membatik. Seni dan pembatikan Solo menjadikan daerah ini
pusat batik di Indonesia. Solo sendiri juga memiliki tagline yaitu Solo spirit of
java.
Gambar
Kegiatan Sosial Budaya di Surakarta
Gambar
Peta Panduan Wisata Kota Surakarta
Gambaran Prasarana dan Sarana
Solo adalah kota
yang pepak. Jalan utama cukup mampu menjangkau seluruh kota dalam waktu
singkat. Jalan utama terdiri dari Jalan Slamet Riyadi, Adi Sucipto, Rajiman,
Kol Sugiono, Sumpah Pemuda, Katamso, dan KH Dewantoro. Kota Solo memiliki bus
regional dan jalur kereta api yang menghubungkannya dengan Jogja, Semarang, dan
Surabaya. Solo memiliki empat sungai utama
– Kali Anyar, Sungai Jenes, Kali Premulung, dan Bengawan Solo. Sungai-sungai
ini mengalir dari timur ke barat dan bermuara di Bengawan Solo. Sistem drainase
Kota Solo mengumpulkan air di tengah kota dan mengalirkannya ke sungai. Tidak
ada saluran air di beberapa kelurahan di tengah dan timur – seperti Tegalharjo,
dan Jebres – karena daerah ini berkontur yang membuat air mengalir secara
alami. Sebagian besar jaringan energi listrik
yang memasuki Kota Solo datang dari arah barat dan kemudian disebarkan ke
seluruh Kota; sumber air pipa terpusat di kelurahan-kelurahan timur laut kota,
meliputi Jebres dan Mojosongo (halaman ini); becak di Sangkrah, drainase di
Joyosuran, dan saluran listrik di Jajar.
Gambar
Peta Prasarana dan Sarana Kota Surakarta
Sumber
: solokotakita.org
Sumber
: solokotakita.org
MASALAH PERKOTAAN
·
KEPADATAN
PENDUDUK
Kepadatan penduduk sangat tinggi di sepanjang bantaran sungai dan
rel kereta api yang mana harga tanah murah dan warga tinggal di rumah tanpa
sertifikat. Kepadatan penduduk lebih rendah di sepanjang Jalan Slamet Riyadi
yang mana lebih banyak gedung-gedung komersial dibandingkan dengan bangunan
rumah. Sementara Pajang memiliki
banyak penduduk migran, di Semanggi banyak orang berjubel di rumah-rumah yang
dekat dengan pasar. Sewu padat karena memiliki kawasan kemiskinan yang luas
sedangkan di Mojosongo ada kawasan padat penduduk karena banyak mahasiswa yang
mendiami rumah-rumah murah. Kepadatan penduduk rendah di kawasan pemukiman baru
seperti Karangasem dan Jajar. Baik kawasan yang belum terbangun seperti
Mojosongo maupun kawasan lama yang sudah mapan seperti punggawan, keduanya juga
memiliki kepadatan penduduk yang rendah; Pemukiman padat banyak terdapat di
Gandekan
·
KEMISKINAN
Terdapat kampung (wilayah padat penduduk) dengan KK miskin yang
berada di tengah-tengah pemukiman kelompok berpenghasilan tinggi (kaya). Ada
kantong miskin baik kecil maupun besar di sepanjang Jalan RM. Said. Setiap kelurahan di Solo mempunyai masalah
kemiskinan. Kemiskinan tidak terkonsentratsi di satu lokasi besar – seperti di
Jakarta – yang sangat sulit melihat pola kemiskinan di Solo. Kemiskinan
seringkali terdapat di bantaran rel kereta, sungai atau di tanah milih
pemerintah. Beberapa kelurahan mempunyai komposisi kelompok pengahasilan yang
berbeda-beda – seperti Puurwodiningratan, dan Nusukan, pemukiman padat di
Ketelan dan Punggawan, anak-anak dari pemukiman yang dibangun sepanjang jalur
kereta di Manahan
·
LAINNYA
o
Kawasan Industri menimbulkan pencemaran dan kebisingan dekat pemukiman.
o
Kurangnya taman dan ruang terbuka - hanya 0,2 hektar per 1000 jiwa
- standar internasional adalah 2 hektar per 1000 jiwa.
o Pembangunan di kawasan pertanian mengurangi sumber-sumber produksi
pangan lokal.
o
Solo sangatlah kecil dan mudah dijangkau sehingga mudah untuk
berjalan menuju pasar, pusat-pusat pekerjaan, dan fasilitas umum – namun sangat
sedikit terdapat trotoar dan kawasan pejalan kaki., Sistem transportasi umum
kurang serta adanya pencemaran udara dari sepeda motor
o
Sanitasi jelek di sungai dan saluran pembuangan.
o
Banjir dan pencemaran dari pabrik. Banjir merusak perumahan dan
infrastruktur sepanjang bantaran sungai
POTENSI DAERAH
Kota surakarta sangat kental dengan
kebudayaannya hal ini dapat dikembangkan sebagai potensi besar yaitu di bidang
pariwisata. Daya tarik dan potensi pariwisata yang dimiliki kota Solo sangat
beragam. Masing-masing atraksi memungkinkan para pengunjung atau wisatawan
untuk melakukan beragam aktivitas yang berhubungan dengan seni, budaya,
pengetahuan, belanja, makanan, batik dan sebagainya. Keraton di Solo, yaitu
Kasunanan dan Mangkunegaran menjadi sebuah magnet kuat bagi wisatawan untuk
berwisata ke Solo. Keterjangkauan kota Solo juga sangat mendukung
bidang kepariwisataannya. Sejumlah hotel, restoran, bank, money
changer, maupun rumah
sakit juga telah banyak tersedia di Solo. Alat-alat transportasi khas seperti
kereta tengah kota ‘Steam Loco Jaladara’, bus tingkat wisataWerkudara serta
Batik Solo Trans menjadi alternatif wisatawan untuk menjangkau keunikan,
kekhasan, dan keindahan pariwisata kota Solo. Di sektor pariwisata, Solo kini
dijadikan destinasi wisata Meeting, Incentive, Conference and
Exhibition (MICE).
Perkembangan wisata MICE sebagai salah satu subsektor dari industri perjalanan
dan pariwisata, didasari oleh pergeseran wisata konvensional ke arah wisata
minat khusus (special interest tourism).
Tidak dapat kita pungkiri bahwa sektor pariwisata telah membantu masyarakat
dalam meningkatkan perekonomian bersama. Pariwisata sebagai suatu industri
dianggap memiliki pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan
ekonomi sendiri. Hal ini dapat dijadikan solusi dari masalah kemiskinan kota.
Selain itu peningkatan industri kreatif di tiap-tiap kampung dapat dimanfaatkan
seperti pembuatan kampung tematik sehingga kepadatan yang tinggi tidak lagi
menjadi masalah namun menjadi keuntungan tersendiri
DAFTAR PUSTAKA
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta Tahun 2011-2031
Kota Surakarta dalam Angka 2016
solokotakita.org
mantappp gan
BalasHapus